
Dalam denominasi dolar AS, jumlah utang pemerintah pusat di akhir Juni 2016 adalah US$ 255,14 miliar, turun dari posisi akhir Mei 2016 yang sebesar US$ 252,15 miliar.
Sebagian besar utang pemerintah adalah dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN). Sampai akhir Juni 2016, nilai penerbitan SBN mencapai Rp 2.622,75 triliun, naik dari akhir Mei 2016 yang sebesar Rp 2.563,29 triliun. Sementara itu, pinjaman (baik bilateral maupun multilateral) tercatat Rp 739,99 triliun, turun dari bulan sebelumnya Rp 760,06 triliun.
Demikian dikutip detikFinance, dari data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Rabu (3/8/2016).
Berikut perkembangan utang pemerintah pusat dan rasionya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sejak tahun 2000:
2000: Rp 1.234,28 triliun (89%)
2001: Rp 1.273,18 triliun (77%)
2002: Rp 1.225,15 triliun (67%)
2003: Rp 1.232,5 triliun (61%)
2004: Rp 1.299,5 triliun (57%)
2005: Rp 1.313,5 triliun (47%)
2006: Rp 1.302,16 triliun (39%)
2007: Rp 1.389,41 triliun (35%)
2008: Rp 1.636,74 triliun (33%)
2009: Rp 1.590,66 triliun (28%)
2010: Rp 1.676,15 triliun (26%)
2011: Rp 1.803,49 triliun (25%)
2012: Rp 1.975,42 triliun (27,3%)
2013: Rp 2.371,39 triliun (28,7%)
2014: Rp 2.604,93 triliun (25,9%)
2015: Rp 3.098,64 triliun (26,8%).
Jika kita lihat antara tahun 2014 dan 2015 perbedaan yang sangat jauh dari tahun sebelumnya, dimana tahun 2014 dan 2015 adalah pemerintahan jokowi.
Sumber : detik.com
COMMENTS