Kalangan ekstremis Buddha di Myanmar telah menghalangi beberapa Muslim Rohingya untuk memulai ibadah Haji, perjalanan ziarah tahunan.
Kantor berita Arakan mengatakan 13 Muslim Rohingya dari kota Maungdaw dan 8 dari kota Buthidaung mengambil rute selatan di kota Maungdaw dengan sebuah bus dalam perjalanan ke Akyab, ibu kota negara bagian Rakhine yang dihuni mayoritas Muslim, namun dikejutkan oleh sekelompok ekstrimis Buddha yang tiba-tiba mengelilingi mobil mereka dan menghalangi jalan, mencegah mereka meninggalkan kota.
Ini terlepas dari kenyataan bahwa ummat Islam telah melakukan ziarah ke Mekkah setelah menerima izin pemerintah dari Kementerian Agama Myanmar.
Selama insiden tersebut, pasukan keamanan Myanmar turun tangan dan memerintahkan orang-orang Muslim untuk kembali ke rumah mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak puas dengan izin haji dari pemerintah.
Sementara itu, Myanmar telah mengirim ratusan tentara untuk meningkatkan keamanan di negara bagian Rakhine di barat laut yang memicu kekhawatiran akan lebih banyak kekerasan terhadap umat Islam di wilayah yang bergolak tersebut.
Rakhine terjerumus ke dalam kekerasan baru Oktober lalu ketika pasukan keamanan memulai operasi brutal terhadap Muslim Rohingya di mana tentara pemerintah melakukan pemerkosaan, pembunuhan, penyiksaan dan penjarahan di seluruh wilayah tersebut.
Pemimpin de facto negara tersebut, Aung San Suu Kyi, yang dianugerahi hadiah Nobel perdamaian pada tahun 1991, telah dikritik oleh banyak pihak terkait sikap dan kebijakannya terhadap Muslim Rohingya. Mereka menulis sebuah surat terbuka kepada Dewan Keamanan PBB yang memperingatkan sebuah tragedi “pembersihan etnis dan kejahatan terhadap kemanusiaan” di negara bagian Rakhine. [arrahmah]
COMMENTS